Tuesday 30 July 2013

Sedarah Daging

Kisah menarik antara abang dan adik kandung yang saling mencintai. Si abang bernama Daud 16 tahun dan adiknya bernama Siti, 14 tahun. Setelah kelaihran Siti, ibunya harus menjalani oerasi, karean terdapat kelainan kandungan. Hingga ibunya tak bisa melahirkan lagi, dan ayah mereka "terpaksa" menikah lagi. Hubungan istri tua dan muda, sangat akur, karea ibu Daud-lah yang mencarikan istri kedua ayah mereka dan masih ada hubungan saudara.


Ayah Daud bekerja sebagai pedagang buah cokelat. Dia mengambilnya dari petani di desa-desa, kemudian dikeringkan (dijemur) lalu coklat yang sudah kering itu dia jual ke kota, terkadang bahkan dia sampai ke luar pulau.

Daud kos di sebuah kota untuk melanjutkan SLTA-nya. Untuk menghemat, terpaksa Siti adik Daud ikut kos pula di kota itu. Ayah Daud memang telah membeli rumah di kota itu dan dikontrakkan kepad saudara juga. Sedangkan di sisi rumah, katakanlah semacam pavilyun ditempat oleh Daud dan Siti.
Pagi-pagi sekali Siti sudah bangun menyiapkan sarapan buat mereka berdua. Sepulang sekolah, mereka bersma mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Kedua abang beradik ini sangat kompak dan selalu saja akur. Pengontrak rumah mereka pun iri melihat mereka. Terdengar kata-kata dari sebelah, agar tiga anak-anak mereka bis ameniru kelakuan Daud dan Siti yang kompak dan saling menyayangi. Walau kamar mereka berdampingan, Siti selalu saja datang ke kamar abangnya minta diajarilah, tolong ini dan itu serta sebagainya.

Seusai makan malam, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Tiba-tiba pula halilintar datang mengemuruh memekakkan telinga. Tiba-tiba listrik mati. Dalam hujan lebat itu, Siti memeluk abangnya dengan rasa takut. Daud memeluk adiknya yang dia sayangi itu dan menenangkannya. Dengan meraba-raba, mereka mencari lilin. Lilin dipasang di atas piring kaca dan diletakkan di atas meja. Ketika Daud mau keluar kamar menginci pintu, Siti tak mau ditinggal. Dia tetap ikut dan memeluk Daud. Setelah semua pintu terkunci, Siti memeluk Daud dari belakang dan Daud menggendong adiknya itu, membawanya ke kamar. Siti menolak tidur di kamarnya sendirian.
"Takut, Bang," katanya.
"Aku tidur bersama abang saja di kamar abang," katanya. Daud tak sampai hati melihat adiknya ketakutan. Dia gendong adiknya ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Daud mengunci kamar, lalau membaringkan adiknya di atas tempat tidurnya. Tempat tidur Daud memang lima kaki besarnya. Jika ayahnya datang ke kota membawa daganganya, Daud selalu tdiur bersama ayahnya di kamar itu. Jika ibunya yang datang, Daud harus mengungsi ke kamar Siti dan Siti bersama ibunyalah yang tidur di kamar Daud. Sudah kebiasaan mereka berdua pula, jika tidur harus mengganti pakaian dengan piyama tidur. Siti tidur dekat dinding dan Daud di tepi tempat tidur yang tanpa dibatasi dinding.

"Sudah Bang, tidurlah. Tak usah belajar dulu," kata Siti kepada Daud. Daud mengiyakan, karena cahaya lilin kecil itu bisa merusak mata dan dia tidur di sisi adiknya. Siti merasa tenang didampingi oleh abangnya. Sekali lagi suara halilintar menggema. Saat itu Siti kembali memeluk abangnya kuat-kuat. Angin begitu kencang, hingga lilin tertiup angin dan mati. Kamar menjadi gelap gulita, bahkan seantero ruangan.

"Bang, Siti takuuuut," katanya dengan manja kepad abangnya. Daud membalas pelukan adiknya untuk menenangkan adiknya. Mereka berpelukan ditutupi selimut. Siti merasa tenanag diperlakukan demikian oleh Daud. Tanagn kiti Daud berada di leher Siti merangkul tubuh Siti. Tangan kanan Daud memeluk pinggang Siti. Sebaliknya tangan kiri Siti memeluk pingang Daud erat-erat. MUlanya mereka tidak sadar, kalau dada mereka sudah menempel. Lama kelamaan, Daud merasakan dada adiknya begitu empuk. Dielus-elusnya punggung adiknya itu dengan lembut. Daud merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ada rasa hangat mengalir dari dalam tubuhnya. Libidonya naik. Penisnya bangkit. Mulanya, Siti juga tidak merasakan apa-apa. Lama kelamaan, dia merasakan penis abangnya menyentuh-nyentuh pahanya. Dalam tidur berpelukan itu, kaki kanan Siti ditindih oleh kaki kanan Daud, yang dijepit oleh kaki kiri Siti. Kedua kaki Siti menjepit kaki kanan Daud. Terasa sekali bagi Siti penis Daud menghentak-hentak di pangkal pahanya. Siti amembiarkan saja. Kini Siti juga darahnya seperti dialiri struum listrik. Ketika Daud membelai-belai punggung Siti, secara tak sadar, Siti juga membalas belaian Daud. Siti membelai punggung Daud juga. Mereka saling membelai.

Siti merasakan nafas Daud menghembus di lehernya. Pipi mereka menempel. Lalu Daud mencium pipi Siti. Siti merasakan kelembutan ciuman Daud di pipinya. Kini Siti membalas ciuman Daud. Siti mencium leher Daud yang masih terasa aroma sabun lux-nya. Daud semakin libido. Daud mengarahkan bibirnya ke bibir Siti dan melumatnya perlahan-lahan. Lembut sekali bibir mungil itu. Eh...Siti membalasnya. Kini mereka sudah saling melumat bibir. Saat Daud memeluk Siti lebih erat, Siti membalas lebih erat lagi.

Daud memasukkan tangannya ke sela-sela baju Siti dan melepaskan pengkait BH Siti. Kini tali Beha itu sudah terlepas. Perlahan tangan Daud menjalar ke susu Siti. Dielusnya susu Siti, lalu tangannya mencari puting susu Siti, semuanya regfleks saja. Kini Nafas Siti yang sudah mulai memburu. Daud terus menciumi Siti dari bibir dan kini berada di leher, sembari tangan Daud terus melepas kancing baju piyama Siti satu-persatu. Kini semua kancing baju piyama itu sudah terlepas. Daud menurunkan jilatannya dari leher ke puting susu Siti. Siti memegang kepala Daud dan menekan-nekan kepala Daud di puting susunya. SEdang tangannya yang satu lagi, menggerayangi tubuh Daud. Daud juga tak tinggal diam dan melepaskan baju Siti dan BH. Kini Siti sudah tak memakai baju dan BH lagi, walau mereka masih berada dalam selimut. Daud juga melepas baju piyamanya, sekalian melepas celana piyama dan kolornya. Daud sudah bertelanjang bulat. Mulutnya masih terus menerus menjilati dan mengisap-isap puting susu Siti. Sebelah tangannya meraba susu yang lain dan sebelah tangan Daud meraba ke sela-sela celana piyama. Daud merasakan ada rambut-rambut halus pagina Siti. Siti semakin tak mampu mengatur nafasnya. Dia mendesah-desah. Jari tengah Daud mulai mengelus-elus di antara kedua bibir pagina Siti yang sudah basah dan licin.

Siti mengangkat pantatnya, tatkala Daud memeloroti celana piyana dan kolor Siti. Kini kduanya sudah telanjang bulat, walau lagi-lagi masih berada di bawah selimut. HUjan di luar semakin deras dan suara halilintar sesekali terdengar dengan dahsyat. Jari tengan Daud, terus mengelus dan mengelus sela-sela bibir pagina Siti. Bibir mereka masih terus saling memagut. Tangan Siti tak mau ketinggalan mengelus-elus penis Daud.

"Ah...enak sekali. Teruskan mengocoknya, kata Daud. Siti terus mengocok penis Daud dan pagina Siti terus dieleus-elus dengan cepat pula oleh Daud.

"Ahhhhh....." Daud menggumam dan memeluk Siti dengan lebih erat lagi sembari menekan kuat-kuat penisnya ke paha Siti. Lahar panas terlepas dari penis Daud, tumpah di atas paha Siti. Daud menghentikan elusannya pada pagina Siti. Siti justru memeluk Daud lebih erat dan seperti tak mau melepaskannya. Siti naik ke tubuh Daud. Bibir paginanya berada tepat pada paha Daud. Di jepitnya paha Daud kuat-kuat dan digesek-gesekkannya klitorisnya pada paha Daud. Nafasnya terengah-engah. Gesekannya semakin cepat dan cepat, lalu jepitannya semakin kuat. Siti mendesah panjang. Lalu dia lemas. Siti sudah pula orgasme. Siti nafasnya memburu dengan cepat. Sampai akhirnya mereka tertidur. Suara ayam berkokok pagi itu, membangunkan Siti. Dengan cepat dia bangan. Dia melihat tubuhnya telanjag bulat, sama dengan abangnya Daud. Dia ambil piyamanya dan dia berlari ke dapur setelah memakai pakaiannya, menunaikan tugasnya menhyiapkan sarapat. Setelah hidangan tersedia, dia bangunkan abangnya Daud. Saat Daud menggeliat terbangun, Siti langsung meninggalkannya. Daud mengetahui dirinya telanjang bulat. Dengan cepat dia pakaian dan pergi ke kamar mandi.

Mereka sarapan pagi berdua dengan diam. Masing-masing mereka merasa malu. Ketika pergi ke sekolah, di atas sepeda motor, mereka juga masih dalam keadaan diam. Baik Daud dan Siti tidak konsentrasi, ketika belajar di sekolah. Sampai-sampai gurunya menegur, kenapa Daud termenung. Hal sama juga terjadi pada diri Siti. Mereak memang satu sekolah. SMP dan SMU di bawah satu naungan yayasan.

Begitu lonceng sekolah berbunyi pertanda semua pelajaran untuk hari itu usai, Daud seperti biasa langsung ke tempaty sepeda motornya yang terparkir. Dan biasanya adiknya Siti sudah menunggu di sana atau sebaliknya Daud yang menunggu adiknya. Mereka pulang berboncengan. yang satu berseragam putih-biru dan Daud berseragam putih-abu-abu. Mereka seperti biasa, sempat membeli seikat sayur dan tiga ekor ikan, untuk lauk mereka makan siang dan makan malam. Untuk sarapan, mereka biasa makan roti atau makanan lainnya dan jajan di kantrin sekolah.

Berdua mereka memasak di dapur dan bersama menghidangkan makanan. Lalu berdua pula mereka mencuci piring bekas periuk dan kuali serta piring da sebagainya di kamar mandi. Ketkka mata mereka beradu, Daud sengaja memberikan senyum kepada adiknya adar suasana tidak kaku. Tapi Siti malah tertunduk. Daud mencari akal, bagaimana mencairkan suasana agar tidak kaku. Ketika Siti membawa cucian ke rak piring, saat itu, Daud datang dan memeluk adiknya dari belakang. Siti diam saja dan meneruskan menyusun piring pada rak piring.

"Kamu marah, Ti?"

"TIdak. Tapi tadi malam kok kita bisa tidur telanjang berdua, ya" tanya Siti yang jawabnya dia sendiri tentunya sudah tau.

"Sudah tak usah dipikirkan. Yang penting, tak seorang yang boleh tau," kata Daud.

"Betul? Abang tidak cerita pada siapa-siapa kan?" kata Siti.

"Sumpah. Aku tidak akan cerita," jawab Daud.

DIablikkannya tubuh Siti, hingga mereka sudah saling berhadapan. Dipeluknya tubuh adiknya itu dan diciumnya kening Siti. Siti membalas pelukan Daud. Suasana, kini sudah mencair. Daud bahagia sekali. Rupanya, Siti takut, kalau-kalau Daud akan bercerita atas kejaidan tadi malam.

Seusai belajar di kamar Daud (karean di kamar itu ada komputer dan meja belajarnya juga besar), mereka menyusun buku-buku ubntuk besok.

"Kamu tidur di kamarku lagi, ya," kata Daud. Siti tak menjawab. Dikembalikannya buku dan tasnya ke kamarnya. Daud merebah diri dikasurnya. Beberap amenit kemudian, terdengar suara pintu terbuka dan Siti muncul, lalu menutup pintu dan menguncinya. Siti merebahkjan diri di samping Daud. Daud langsung memeluk Siti dan mencium bibirnya. Mereka sudah saling melumat, memeluk dan mengelus. Daud menghentikannya sejenak. Dia berdiri dan membuka semua pakaiannya. Setelah dia telanjang di kamar yang lampunya tidak dimatikan, Siti melihat jelas tubuh Daud yang telanjang. Daud mendekati Siti lalu membuka pakaian Siti satu-persatu. Siti tidak menolak, tapi dia tertunduk malu. Setelah semuanya terlepas dari tubuh mereka, Daud kembali memeluk Siti. Dijilatinya susu Siti bergantian. Dielusinya pagina yang ditumbuhi bulu masih beberapa lembar itu. Keduanya sudah berada pada alam bawah sadar. Sep3erti yang pernah ditonton Daud pada BF, dia praktekkan kepad adiknya Siti. Daud menjilati pagina Siti setelah mengangkangkan kedua paha itu lebar-lebar. Siti menggelinjang.

"Baaaannggg...apa enggak jijik njilati memek Siti?"

"Ohhh...baaaanggg...enaaaakkkk" Siti berbisik.

Daud amembalikkan tubuhnya. Kini penisnya berada di wajah siti. Dimintanya Siti menjilati dan mengulum penisnya sedang dia sendiri terus menjilati pagina Siti. Daud kembali membalikkan tubuhnya. Dia sudah berada di antar kedua paha SIti. Diarahkannya penisnya ke lubang pagina Siti. Perlahan-lahan dia dorong penis itu menusuk liang pagina Siti.

"Aduuuhhh...pelan Bang..."

Daud menahan sejenak tusukannya. Kemudian dia lanjutkan lagi. Berulang-ulang hal itu dilakukannya, hinga kini semua penisnya sudah hilang tertelan pagina Siti. Daud memaju-mundurkan penisnya di dala liang pagina Siti. Makn lama makin cepat. Keduanya saling memeluk erat dan erat. Keduanya saling mendesah dan mendesah. Kedaunya orgasme dan merasa nimmat.

Sejak saat itu, mereka terus menerus melakukan senggama dengan berbagai gaya.

0 komentar:

Post a Comment

 

Counter

Web Counter

Trend

© 2013 Indahnya Tips Kesehatan . Designed by dian arjunayusuf, Powered by Blogger