Friday 5 July 2013

Sex dan Gender



Sex adalah berkaitan erat dengan ciri-ciri biologis, karakteristik fisik dan alamiah. Ciri-ciri laki-laki adalah mempunyai jakun, penis, mimpi basah sedangkan ciri-ciri perempuan adalah memiliki panyudara, menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui
Gender adalah dikontruksi secara sosial dan membentuk karakteristik dan peran laki-laki maupun perempuan dan berubah atas dasar waktu, budaya, kelas dan masyarakat, seringkali dikaitkan dengan stereotip-stereotip dan dibaurkan dengan kodrat.
Jenis kelamin sering disebut dengan istilah Laki-laki dan perempuan, sedang
dalam gender dengan istilah feminim untuk perempuan dan maskulin untuk laki-laki. Karakteristik feminim dan maskulin (Michel, 1966), bahwa identitas feminim adalah lemah lembut, mengalah, pasif, tidak egois, pasrah, cengeng, dan sopan. Sedangkan identitas maskulin adalah perkasa, tanggung jawab, aktif, rasional, percaya diri,
rasional dan tegar.
Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah apabila tidak menimbulkan ketidakdilan. Permasalahan perbedaan sex  dan gender sebenarnya telah terjadi sejak adanya peradaban umat manuasia. Illich berpendapat bahwa penindasan terhadap kaum perempuan menjadi sangat parah pada zaman industrialisasi dalam era kapitalime.     
Dalam era industrialisasi memang perempuan ikut berperan tanpa harus meninggalkan tugas-tugas reproduktifnya.  Dengan demikian perempuan bekerja di sektor publik atau di luar rumah dan di sektor domestik (di dalam rumah tangga). Yang mengakibatkan perempuan berperan ganda bahwa tiga peran yaitu domestik (dalam rumah tangga), publik dan community (masyarakat).
Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender
Bentuk-bentuk ketidakadilan gender dapat kita temukan disegala aspek kehidupan yaitu  pada  aspek  ekonomi  mengakibatkan  perempuan menjadi termarginalisasi (peminggiran).  Ketidakadilan  dalam  aspek  politik  mengakibatkan  perempuan menjadikan  tersubordinasi (penomorduaan).  Ketidakadilan  dalam  aspek  budaya mengakibatkan stereotipe negatif atau pelabelan. Sedangkan ketidakadilan dalam aspek fisik dan non fisik mengakibatkan Violence (kekerasan) dan aspek produktif dan reproduktif menimbulkan beban ganda.
1. Aspek politik
Dalam masyarakat ada anggapan bahwa perempuan itu emosional, tidak bisa berfikir secara rasional sehingga dianggap tidak mampu menjadi pemimpin karena itu perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.

2. Aspek Budaya
Budaya patriarki yang meletakkan laki-laki sebagai makhluk superior dan perempuan dianggap sebagai makhluk inferior mengakibatkan ketidakadilan terhadap perempuan. Misalnya pandangan terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan domistik atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah dan negara.
Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan marah atau tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar nilai terhadap perilaku perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai tersebut banyak menghakimi dan merugikan perempuan.
Label kaum perempuan sebagai “ibu rumah tangga” merugikan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-laki” seperti berpolitik, bisnis atau  birokrat. Sementara label laki-laki sebagai pencari nafkah utama, (breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh perempuan
dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan.
Ketidakadilan pada aspek budaya mengakibatkan “stereotipe (pelabelan negatif ) ” .
3. Aspek ekonomi
Peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi dalam bidang ekonomi. Masyarakat memiliki anggapan bahwa perempuan bekerja disektor publik untuk mencari nafkah tambahan dalam keluarga. Dengan anggapan semacam ini mengakibatkan upah perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan juga dianggap hanya mampu mengerjakan pekerjaan bersifat teknis dan rutinitas yang mengakibatkan perempuan sulit untuk menduduki posisi yang lebih tinggi.
Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan gender dalam aspek ekonomi. Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat misalnya penggusuran dan eksplorasi. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program pembangunan seperti intensifikasi pertanian yang hanya memfokuskan pada petani laki-laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan ketrampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki. Ketidakadilan pada aspek ekonomi lebih mengakibatkan “marginalisasi /peminggiran ” .

4. Aspek fisik dan non fisik
Ketidak adilan gender menyebabkan adanya kekerasan terhadap perempuan baik secara fisik maupun non fisik. Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan terhadap perempuan baik secara fisik maupun psikis yang terjadi di dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga. Ketidakadilan dalam aspek ini mengakibatkan “violence /kekerasan ” .

0 komentar:

Post a Comment

 

Counter

Web Counter

Trend

© 2013 Indahnya Tips Kesehatan . Designed by dian arjunayusuf, Powered by Blogger